Thursday, May 7, 2009

Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur (NTT), tak mau ketinggalan di soal modifikasi. Salah satunya, Boby Damanik, sampai harus melakukan perombakan dua kali pada Suzuki Thunder 250 miliknya lantaran tidak puas. Kebetulan sarjana hukum yang berprosesi pengacara ini suka dengan desain fairing.

Di sini, hal itu menjadi tantangan bagi Topo Goedhel Atmojo selaku builder dari Tauco Custom (TC). Pasalnya, Boby minta motornya dibuatkan moge tanpa bantuan limbah moge, sekalipun ia menyediakan budget cukup gede untuk memermak bodi.

"Sebelumnya, dia pernah modif motor di tempat lain, tapi desainnya berantakan dan saya disuruh benerin lagi," jelas Topo yang untuk memenuhi tuntutan kliennya itu harus bekerja maksimal di soal bodi.

Tingkat kesulitannya, menurut Topo, menyeimbangkan bodi, lengan ayun (swing arm), dan ukuran roda. Jadi, meski dari moge GSX, papar Topo, dimensinya dibuat lebih kecil. Patokannya ada di roda dan lengan ayun.

Untuk roda, ia mengombinasikan 2,5 inci depan dan 3,5 inci belakang. Ini variasi Honda Tiger, katanya, yang banyak dijual di toko variasi. Setelah itu, barulah karya Topo bermain, dimulai dari lengan ayun.

Agar tampak harmonis, monoshock disematkan, dari milik Suzuki Satria 120. Selain gampang didapat, secara dimensi, per yang ada enggak terlalu besar. Pemakaian body part dari motor kecil terus berlanjut ke bagian lain. Misalnya lampu rem dari Yamaha Jupiter MX, dan visor dicomot dari Kawasaki Ninja 150.

Untuk knalpot, TC mendesain sendiri. Bentuknya segitiga, bentuk yang memang lagi tren di moge dengan satu lubang pembuangan yang enak dipandang. Terkesan rapi. "Biar tampilan lebih heboh, dibuatkan cover," ungkap Topo yang menggunakan pelat tipis untuk knalpotnya. Mulai dari tabung hingga bagian leher diberi warna silver sehingga menjadi eye cacthing.

"Jadi, ingin bikin moge tak harus paksa pakai limbah moge. Bila ukuran dan desain pas, semua tetap terlihat harmonis," bangga Topo.

0 Comments:

Post a Comment